Banyak yang
menggunakan kapur dolomit sebelum masa tanam, dan tidak sedikit juga yang
sekedar menambahkan setelah tanam. Bahkan, tak terhitung juga yang
coba menambahkan karena melihat tanaman tidak ada perkembangan dan mungkin juga
tidak mau berbuah.
Wajar-wajar
saja begitu banyak orang dekat dengan pupuk dolomit yang mengandung magnesium
ini. Sebab, dolomit -- kapur yang berwarna putih tersebut -- kabarnya dapat
menetralkan tanah-tanah yang masam.
Tapi, pertanyaannya adalah kenapa pula harus menggunakan pupuk dolomit atau pupuk kalsium apakah memang tanah yang hendak dimanfaatkan untuk menanam itu masam? Dan apa pula dampaknya terhadap produktifitas tanaman setelah pemberian dolomit?
Itulah beberapa
pertanyaan yang seharusnya dipahami sebelum melakukan penambahan dolomit atau
pengapuran. Sebab, “amal tanpa ilmu adalah perbuatan yang sia-sia.” Jika sudah
mengerti dengan rahasia aplikasi dolomit, maka akan banyak membawa dampak
positif baik dari sisi finasial (jumlah yang dibeli tepat) maupun dari sisi
tenaga dan produktifitas tanaman (jumlah aplikasi tepat)
Tanah Masam
Tanah di daerah
dengan curah hujan tinggi umumnya masam. Hal ini karena hilangnya kation-kation
garam seperti, K+, Na+, Ca2+, Mg2+,
dan aram lainnya. Ion-ion tersebut adalah unsur hara bagi tanaman. Namun,
karena tercuci hujan atau terbawa jauh ke dalam air tanah, maka tanah menjadi
masam.
Tanah masam
bukan hanya disebabkan oleh curah hujan yang tinggi, tetapi juga belum tepatnya
pemupukan. Pemupukan dengan pupuk yang mengandung nitrogen –seperti urea--secara
terus menerus akan menyebabkan tanah menjadi masam. Demikian juga dengan
pemberian pupuk organik yang belum terdekomposisi secara sempurna sehingga
berpotensi terbentuknya asam.
Antara satu
jenis tanaman dengan tanaman yang lain tidak sama tingkat toleransi keasaman
(pH). Ada yang bisa hidup pada tanah masam dengan pH 4 – 5 dan ada juga yang
tumbuh subur jika keasaman tanah pada kisaran 6-8. Namun, secara umum tanaman
dapat menyerap unsur-unsur hara yang tersedia di dalam tanah pada pH 6 – 7
(mendekati netral).
Pada tanah yang
digunakan untuk media tanam dengan pH mendekati netral, unsur hara makro dan
mikro tersedia untuk tanaman. Namun, pada tanah masam, unsur hara makro tidak
tersedia. Sebaliknya, unsur hara mikro seperti Fe, Mn, dan lainnya tersedia
dalam banyak, tapi menjadi racun bagi tanaman.
Apa yang tejadi jika tanah masam?
Tanaman akan hidup merana pada kondisi media tumbuh yang masam dan hasil pun dapat dipastikan rendah. Pada tanah yang digunakan untuk media tanam dengan pH mendekati netral, unsur hara makro dan mikro tersedia untuk tanaman. Namun, pada tanah masam, unsur hara makro tidak tersedia, termasuk unsur kalsium dan magnesium.
Sebaliknya,
unsur hara mikro seperti Fe, Mn, dan lainnya tersedia dalam banyak, tapi
menjadi racun bagi tanaman. Aluminium yang mengikat posfat mudah sekali didapat
pada tanah masam yang memperburuk kesuburan tanah. Begitu pun dengan aktifitas
mikroorganisme dalam tanah akan terganggu. Pada kondisi tanah masam,
dekomposisi bahan-bahan organik dalam tanah lambat. Akibatnya, beberapa unsur
hara seperti nitrogen, posfor, dan sulfur mengalami defisiensi.
Cara mengetahui tanah masam atau tidak
Sebelum capek-capek membeli kapur dolomit dalam jumlah banyak sehingga menguras kantong alias menghambur-hamburkan uang, alangkah pintar dan baiknya “tanyakan” pada tanah bagaimana kondisinya. Maksudnya adalah kondisi tanah apakah asam atau tidak perlu diketahui.
Cara mengetahui
tanah masam atau tidak sangatlah mudah. Di samping meminta bantuan penyuluh
pertanian lapangan untuk tes pH tanah, kita pun bisa melakukan tes tanah
sendiri sekarang. Alat tes pH tanah (pH Soil Tester) sudah banyak dijual
sekarang. Cara menggunakan cukup mudah karena di sana ada angka 1 sampai 14
yang menunjukkan nilai keasaman (pH).
Atau Anda dapat gunakan indikator asam basa natural/alami. Banyak indikator pH alami, diantaranya adalah bunga sepatu (hibiscus) dan kunyit. Namun, kita tidak tau berapa angka keasaman dari suatu larutan. Yang ada hanyalah perubahan warna tertentu.
Kunyit misalnya, jika kunyit dicelupkan ke dalam larutan tanah
beberapa saat (+/- 30 menit) dan warnanya menjadi kuning pudar/pucat, maka
kondisi tanah adalah asam. Demikian juga dengan bunga kembang sepatu, ekstrak
bunga tersebut, jika diteteskan larutan yang bersifat asam, warna larutan akan
menjadi merah.
Manfaat Memberikan Dolomit
Dolomit dalam rumus kimia adalah CaCO3.MgCO3. Dolomit digunakan untuk pengapuran tanah sehingga kondisi tanah berubah dari asam menjadi atau mendekati netral. Pada kondisi tanah netral maka unsur-unsur hara esensial makro dan mikro tersedia untuk nutrisi tanaman. Al-hasil, tanah produktif, tanaman menjadi subur, dan memberikan hasil yang tepat waktu dan banyak.
Nah, jika
dilihat dalam rumus tersebut tampak ada unsur Mg dan Ca yang merupakan unsur
hara esensial bagi tanaman. Dengan penambahan dolomit, berarti juga sebuah
usaha untuk membuat tempat tumbuh tanaman tersedia unsur magnesium dan kalsium.
Jika banyak orang hanya mengenal NPK, maka perlu juga diingat pupuk dolomit yang
mengandung hara esensial Ca dan Mg.
Pupuk dolomit
dapat juga memperbaiki sifat fisika tanah. Dengan pemberian pupuk dolomit, maka
tanah lebih gembur, poros dan aerasi untuk tanaman menjadi lebih baik. Dengan
gemburnya tanah, sudah pasti penetrasi akar ke dalam tanah menjadi lebih baik
sehingga menjadi baik pula serapan unsur hara.
Cara Menghitung Kebutuhan Pupuk Dolomit
Cara menghitung kebutuhan dolomit sangatlah mudah. Namun, sebelum aplikasi pastikan dulu pH tanah sudah diketahui apakah 5,0 atau 5,7 atau mungkin juga kurang dari itu. Semuanya tergantung hasil tes pH tanah.
Untuk lebih
mudah diingat, setiap ingin menaikkan 1 poin pH, maka dikalikan dengan 2
ton/hektar. Contohnya begini : Jika hasil tes tanah, pH 5,5. Sedangkan kondisi
tanah yang toleran tanaman adalah pH 6,0 (pH toleran tergantung jenis tanaman).
Maka banyaknya
pupuk dolomit yang perlu dibeli untuk menurunkan pH tanah adalah [6,0 – 5,5] x
2 ton/hektar = 1 ton pupuk dolomit per hektar atau [6,0 – 5,5] x 2.000
kg/10.000 m2 = 0,1 Kg/m2 pupuk dolomit. Catatan :
bahwa konversi berat 1 ton = 1000 Kg dan luas lahan 1 hektar = 10.000 m2.
Hasil di atas
adalah untuk kebutuhan 1 hektar. Oleh karena itu, pastikan dulu berapa luas
areal/lahan yang hendak dipupuk dengan dolomit. Jika luas lahan Anda
adalah 1000 m2, maka kebutuhan pupuk dolomit adalah 1000 m2 x
0,1 Kg/m2 = 100 Kg pupuk dolomit.
Baca juga ini :
- Mengolah Bonggol Pisang Menjadi Pupuk Organik Cair (POC)/MOL dan 4 Cara Aplikasinya
- 6 Step Membuat Pupuk Organik Cair (POC) Air Kelapa dan Cara Aplikasinya yang Benar
- Membuat Pupuk Organik Cair Dari Sampah Basah Dengan EM4 dan Air Cucian Beras.
- Cara Membuat Pupuk Kompos Siap Pakai dalam 7 Hari
Cara aplikasi
pupuk dolomit
Aplikasi pupuk
dolomit sama halnya dengan pemberian pupuk lainnya secara umum. Pupuk dolomit
ditebar pada tanah sebelum tanam. Kemudian tanah diolah agar terjadi
percampuran tanah dengan pupuk dolomit sehingga kondisi tanah cepat menjadi
lebih baik. Pemberian pupuk dolomit 2 minggu atau lebih sebelum tanam.
Tips :
Pengapuran
dengan dolomit sebaiknya diberikan dalam jumlah kecil tapi sering. Dengan cara
ini, pengapuran akan memberi dampak lebih baik pada tanah. Namun, pertimbangan
adalah biaya, waktu, dan tenaga yang terkuras.
Agar tanah
tidak mudah menjadi masam, khususnya pada tanah yang ditanam tanaman secara
terus menerus, sebaiknya dalam pemberian pupuk yang mengadung nitrogen, dapat
digantikan dengan pupuk yang juga mengandung belerang seperti ZA
(NH4)2SO4. Hal ini karena dalam pupuk ZA juga mengandung sulfur
dalam persentase kecil, namun dapat menyedia hara belerang (S) untuk tanaman
(mana tau tidak tersedia S dalam tanah). Hal ini kembali kepada Anda, mana yang
lebih menguntungkan, efektif dan efisien.
Jangan lupa
kombinasikan pupuk kimia dengan pupuk kandang. Pemberian pupuk organik berupa
pupuk kandang membuat tanah menjadi produktif. Pupuk kandang mengandung unsur
hara makro dan mikro yang lengkap. Meskipun jumlahnya kecil, namun sangat
efektif dalam memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah.